Program Pemagangan Lulusan Perguruan Tinggi yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia merupakan terobosan strategis untuk memperluas kesempatan kerja bagi fresh graduate di seluruh Indonesia. Dalam regulasi dan panduan teknis yang tertuang dalam dokumen sosialisasi yang dibuat oleh Kementerian Ketenagakerjaan, setiap peserta magang wajib didampingi oleh seorang mentor, dengan rasio maksimal 1 mentor untuk 15 peserta.
Penetapan kewajiban pendampingan ini menunjukkan bahwa keberhasilan program bukan hanya diukur dari terserapnya peserta ke dunia kerja, tetapi juga dari kualitas pembelajaran dan transformasi kompetensi yang mereka alami selama enam bulan pemagangan.
Namun, sekadar memiliki mentor belum cukup. Mentor yang efektif bukan hanya pengawas kerja, melainkan coach yang mampu memfasilitasi pertumbuhan. Pendekatan coaching memungkinkan mentor untuk tidak sekadar memberi instruksi, tetapi juga membantu peserta magang menemukan potensi terbaiknya melalui dialog reflektif, pertanyaan terbuka, dan umpan balik yang membangun.
Mengapa Mentor Sebaiknya Menguasai Metode Coaching
Dalam konteks pemagangan, peserta adalah pembelajar dewasa yang sedang beradaptasi dengan dunia kerja nyata. Mereka memerlukan figur yang bukan hanya ahli teknis, tetapi juga memiliki kemampuan memberdayakan dan menumbuhkan rasa percaya diri. Di sinilah metode coaching berperan penting.
- Coaching mengaktifkan kemandirian belajar. Peserta belajar mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya, bukan sekadar menunggu arahan.
- Coaching menumbuhkan motivasi intrinsik. Pertanyaan coaching seperti “Apa yang ingin kamu capai hari ini?” membantu peserta menumbuhkan tujuan pribadi dalam setiap tugas.
- Coaching memperkuat hubungan mentor-peserta. Alih-alih hubungan hierarkis, tercipta hubungan kemitraan yang setara dan saling menghormati.
- Coaching mendorong inovasi dan berpikir kritis. Peserta belajar memecahkan masalah dan mengambil keputusan dengan mandiri—keterampilan yang sangat dibutuhkan di dunia kerja modern.
Mentor as Coach: Katalis Transformasi SDM
Dengan menguasai kompetensi coaching dasar — seperti mendengarkan aktif, mengajukan pertanyaan yang memberdayakan, memberikan umpan balik konstruktif, dan memfasilitasi refleksi — mentor dapat menjadi katalis transformasi bagi peserta. Mereka tidak hanya mentransfer keterampilan teknis, tetapi juga membentuk mindset pertumbuhan (growth mindset) yang membuat lulusan lebih siap bersaing di dunia kerja.
Kementerian Ketenagakerjaan dapat memperkuat keberlanjutan program ini dengan mendorong Perusahaan Penerima Magang membekali para mentornya dengan pelatihan coaching dasar. Modul singkat “Mentor as Coach” selama dua hari, misalnya, dapat mencakup teknik bertanya efektif, mendampingi refleksi, dan memberi umpan balik berbasis solusi. Pelatihan ini tidak hanya meningkatkan efektivitas mentor, tetapi juga memastikan bahwa setiap peserta magang mendapatkan pengalaman belajar yang transformatif dan berdampak jangka panjang.
Penutup
Pemagangan nasional adalah jembatan penting antara pendidikan dan dunia kerja. Namun jembatan ini hanya kokoh jika dibangun di atas interaksi pembelajaran yang memberdayakan. Di tangan mentor yang mampu berperan sebagai coach, magang bukan sekadar pengalaman kerja, melainkan perjalanan pembentukan karakter profesional Indonesia masa depan.
Cibubur, 31 Oktober 2025
Salam Coaching Untuk Negeri
Basyrah Basir, PCC – Founder Coaching Untuk Negeri & Penulis Buku “Coaching: Dialog Emas yang Menghidupkan”
