Coaching Skills

Dunia coaching tidak pernah diam. Ia terus bergerak, menyesuaikan diri dengan zaman yang serba cepat, teknologi yang melesat, dan pemahaman kita yang semakin dalam tentang manusia. Di tengah perubahan ini, panduan etika yang kuat bukan lagi sekadar “nice-to-have”, tapi sebuah keharusan. International Coaching Federation (ICF), sebagai kiblat standar coaching profesional di seluruh dunia, menjawab tantangan […]

Terima kasih atas respons yang teman-teman berikan pada tulisan bagian pertama kemarin. Saya menangkap kemiripan pesan yang disampaikan jika sang coach belumlah melakukan sesi coaching seutuhnya. Pertanyaan dan respons yang dilakukan masih terdengar asumtif, menilai, kepo, mengarahkan, pertanyaan berlapis, pertanyaan tertutup dan tak mendudukkan goal dengan tepat. Bahkan coach sendirilah yang seakan menyimpulkan goal yang

“Dudukkan goal-nya. Cukup familier kan ya dengan kalimat tersebut?” Saya, Coach Basbas atau para fasil/mentor coach di kelas workshop Everyone as Coach/Basic Practitioner Coach bahkan sampai kelas Advance acap kali menyampaikan hal tersebut. Apalagi jika sudah praktek coaching, poin ini akan menjadi perhatian utama. “Kenapa goal-nya harus didudukkan sih?” “Iya, sebab kalau goal-nya masih “berdiri”,

Pernah mengalami kebingungan membuat pertanyaan yang memberdayakan saat coaching? Merasa seolah pertanyaan yang diberikan mutar-mutar dan bolak-balik di situ saja? Ini sebenarnya kabar baik, pertanda Anda terus mempraktekkan coaching dan menyadari situasi ini. Saya juga pernah mengalaminya. But no worry, kita akan mengupasnya sesaat lagi. Pada kenyataannya memang, coachee seringkali terjerat dalam gremlin-gremlin pemikirannya sendiri

“Siapa yang royal memberikan pujian pada orang lain? Sebaliknya siapa yang cukup irit memberikan pujian? Atau mungkin yang punya hobi dipuji tapi suka ogah memuji? Ups, kok mendapatkan pujian jadi hobi ya? Tanyaku dengan tersenyum.  Faktanya orang lebih suka dipuji daripada dikritik. Di banyak buku self help, salah satunya How Win Friends and Influence People,

Yang namanya orang lagi ngumpul dan seru-seruan, pastilah ada banyak cerita di dalamnya. Ada yang mengharukan sampai menguras emosi, tak sedikit pula cerita nostalgia masa lalu yang menggugah rasa dan melahirkan tawa atau juga cerita-cerita masa depan yang menggambarkan impian dan harapan. Terkadang saking serunya, seolah semua yang berkumpul ingin bercerita dan mau didengarkan dan