KOPERASI MERAH PUTIH: DI UJUNG PISAU ANTARA REVOLUSI DAN REPETISI

Setiap zaman punya titik baliknya. Indonesia pernah menaruh harapan besar pada Koperasi Unit Desa (KUD) β€” simbol gotong royong ekonomi rakyat yang diimpikan menjadi tulang punggung kemandirian desa.

Namun sebagian besar KUD tumbang bukan karena kurang modal, melainkan karena kehilangan jiwa koperasinya. Ia berubah dari gerakan menjadi proyek, dari kesadaran menjadi instruksi.

Kini, empat dekade kemudian, kita berdiri di simpang yang sama β€” hanya namanya yang berganti: Koperasi Merah Putih.

πŸ”₯ Mengusung Visi Besar

Membangun puluhan ribu koperasi modern berbasis digital, dikelola secara profesional, dan menjadi motor penggerak ekonomi rakyat adalah sebuah visi besar yang mulia.

Namun seperti pisau bermata dua, potensi dan risikonya sama besar.

Jika para Pengelola Koperasi mampu menumbuhkan budaya coaching, transparansi, dan akuntabilitas, program ini akan menjadi revolusi yang mengubah wajah ekonomi Indonesia.

Tapi jika mereka kembali terjebak dalam pola lama β€” hanya menjalankan instruksi tanpa membangun kesadaran β€” maka Koperasi Merah Putih tak lebih dari KUD versi digital: megah di papan nama, rapuh di kenyataan.

⚠️ Belajar dari Kegagalan Dunia

  • Venezuela gagal karena koperasi disubsidi tanpa pemberdayaan.
  • Tanzania ambruk karena rakyat dipaksa bergotong royong tanpa rasa memiliki.
  • Nepal tersandung korupsi pengurus koperasi.
  • Tiongkok pun mengalami luka kolektif saat kolektivisasi pertanian berubah menjadi kelaparan massal.

πŸ‘‰ Benang merahnya jelas:
setiap program koperasi yang dipaksakan dari atas, tanpa kesadaran dari bawah, hanya melahirkan angka β€” bukan kesejahteraan.
Inilah repetisi yang harus kita hindari.

🌍 Meneladani Keberhasilan Dunia

Namun di sisi lain, dunia juga memperlihatkan jalan terang tentang bagaimana revolusi koperasi dapat berhasil.

  • Finlandia – S Group dan OP Financial Group sukses karena anggota dilibatkan dalam keputusan, bukan hanya dilayani.
  • Jepang – JA Group menjaga jutaan petani dengan pola coaching relationship; pengelola mendampingi, bukan memerintah.
  • Belanda – Rabobank membuktikan koperasi bisa jadi motor inovasi hijau yang beretika dan menguntungkan.
  • Spanyol – Mondragon Corporation tumbuh dari bengkel kecil menjadi konglomerat koperasi dengan 80.000 pekerja.
  • Saat krisis, mereka tetap berdiri karena setiap pekerja adalah pemilik β€” saling berbagi beban, bukan saling menyalahkan.

✨ Kunci kesuksesan mereka: dialog, kepercayaan, dan budaya coaching yang menumbuhkan tanggung jawab bersama.

🌱 Dari Repetisi ke Revolusi: Saat Coaching Menjadi Jiwa dan DNA Koperasi

Koperasi yang berhasil tidak lahir dari bantuan, tapi dari kesadaran manusia yang tumbuh di dalamnya.

Budaya coaching adalah roh dari kesadaran itu.
Ia melatih pengelola untuk mendengar, membangkitkan kesadaran, dan menyalakan potensi.
Ia menjadikan koperasi bukan ruang perintah, melainkan ruang percakapan yang menghidupkan perubahan.

Ketika budaya coaching hidup, pengelola menjadi inspirator, anggota menjadi mitra sejajar, dan pemerintah menjadi fasilitator.
Itulah pondasi sejati Koperasi Merah Putih β€” bukan sekadar transformasi sistem, tetapi transformasi kesadaran nasional.

Kita tidak sedang membangun hanya sekedar lembaga keuangan.
Kita sedang membangun gerakan kebangsaan berbasis kesadaran dan kemandirian.

Di sinilah ujung pisaunya:
satu sisi menuju revolusi kesejahteraan rakyat, sisi lain menuju pengulangan kegagalan.

Dan arah pisau itu β€” ditentukan bukan oleh kebijakan di atas, melainkan oleh tangan, hati, dan kesadaran para Pengelola Koperasi di lapangan.

πŸ’¬ β€œSetiap generasi diberi dua pilihan: mengulang dengan cara lama, atau melahirkan masa depan dengan kesadaran baru. Jika KUD adalah cermin masa lalu, maka Koperasi Merah Putih adalah ujian bagi keberanian kita untuk benar-benar berevolusi.”

Basyrah Basir, PCC (Coach BasBas) – Founder Coaching Untuk Negeri

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *